Unsur utama meledaknya kemarahan Rakyat akibat para Wakil Rakyat tidak mau menerima kedatangan Rakyatnya ketika membutuhkan keterangan.jangankan berdialog baru mendengar kabar akan ada aksi ujuk rasa saja sudah disiapkan pelaratan tempur dan penghadangan bak menghadapi musuh. Padahal ketka mereka butuh suara datang mengemis ngemis bakan menyogok rakyat guna memberikan suaranya untuk memilih, setelah jadi bukanya menyuarakan aspirasi rakyat ditemui pun tak sudi, Saking tak sudinya menemui rakyat malah meminta angkatan perang dengan peralatan komplit menghadang rakyat jangan sampai menginjakan kaki digedung yang namanya wakil rakyat bersembunyi.kedajian ini bukan baru terjadi tapi sejak jaman Orde Reformasi rakyat selalu dihadang tatkala ingin menyuarakan aspirasinya.
Selain itu aparat penegak hukum pun terlalu arogan menghadapi Rakyat tak seperti menghadapi penyelenggara negara yang menyimpang dari tupoksinya. Sekecil apa pun kesalahan rakyat dijadikan alasan untuk menindas bak seorang penjajah bahkan mungkin lebih kejam, tapi betapun besarnya kesalahan penyelengara selalu diperingan bahkan diberi pengampunan. Lebih tragisnya lagi penyulut kerusuhan itu adalah aparat hukum yang memulai , mereka menyamar dan berbaur dengan massa aksi dan memprovkasi agar massa aksi bertindak anarkis. Ini bukan rahasia umum, meski siaran media massa dibelenggu untuk tidak meliput asi unjuk rasa bahkan diancam dirampas alat alat liputannya. Apakah ini odus baru cara penyelenggara negara menjajah rakyatnya ?
Sejak Orde Reformasi, sdm yang dimiliki wakil rakyat jauh dibawah sdm rakyaat yang memilihnya, kalau ada yang setara atau melebihi dapat dihitung dengan jari. itu dapat dilihat pada siaran siaran DPRD tatkala menyelenggarakan rapat dinas banyak kelakuan janggal yang tidak mencerminkan bahwa dirinya anggota yang terhormat tapi ingin dihormati. Kinerja DPRD dewasa ini hanya mementingan kepentingan pribadi, partai dan orang yang membayarnya untuk sebuah titipan kepentingan. Untuk kepentingan rakyat itu sendiri dia abaikan karena suara rakyat sudah mereka beli pada saat pemilihan suara, karenanya suara rakyat tak berharga lagi bahkan tak diperlukan setelah merekan menduduki kursi panas Anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
Sejarah telah mengukir fakta NKRI adalah kumpulan dari kerajaan dan kesultanan Pecundang yang sombong yan tak mampu membebaskan diri dari penjajah. Lalu membentuk persatuan dan kesatuan dengan nama nusantara dan secara bersama saling baru membahu mengusir penjajah, hingga terbentuklah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan dasar negara PANCASILA yang menyatakan bahwa kedaulan rakyat adalah kekusaan tertinggi dinegeri ini. Kenapa sekarang penyelenggara negara membodohi bahkan menindas rakyat guna kepentingan pribadi itu bagaikan mimpi disiang bolong, sehebat apapun anda anda penyelenggara pemerintah NKRI tidak akan mampu melakukan kudeta kepada rakyat NKRI sebab darah rakyat berceceran hampir diseluruh wilayah tatkala memperjuangkan kemerdekaan. Fasilitas yang anda gunakan saat ini adalah jerih payah dan keringat rakyat, kedudukan yang anda duduki saat ini adalah kepercayaan rakyat dan setelah massa tugas anda berlalu anda pun akan kembali menjadi rakyat. Stop menyombongkan diri serta menyalahkan rakyat, tanpa rakyat anda bukan siapa siapa. Mari kita sambut kedatangan rakyat yang ingin menyuarakan pendapat untuk bermusyawarah dan berdialog dengan penuh kekeluargaan. Sambutlah kedatangan rakyat dengan senyum bukan dengan peralatan perang.
Fakta membuktikan , di beberapa daerah seperti Jawa Barat, DIY Jogjakarta dan Sumatra Utara tatkala kedatangan rakyat nya disambit dengan gembira penuh kekeluargaan malah dapat dilakukan dialog dengan senda gurau. tidak terjadi tindakan anarkis. Antara rakyat dan penyelengara negara tidak ada perbedaan sama sama manusia sebagai mahluk sosial yang sama sama saling membutuhkan. Arogansi dan kesombongan adalah satu perbuatan tolol yang mengakibatkan rakyat naik pitam.