Sumedang. eltaranews.com – Di setiap event besar atau saat bencana melanda, satu nama organisasi yang selalu hadir dan siap membantu tanpa pamrih adalah Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI). Tanpa perlu diminta, RAPI selalu bergerak cepat, termasuk di ajang bergengsi West Java Paragliding Championship (WJPC) 2025 yang berlangsung di Bukit Batudua, Sumedang.
Festival Pesona Jatigede & WJPC 2025: RAPI Bergerak Tanpa Diminta
Kegiatan WJPC yang dirangkaikan dengan Festival Pesona Jatigede menjadi magnet wisata dan olahraga tingkat dunia. Bukit Batudua yang menjadi lokasi take-off telah lama dikenal sebagai spot favorit para pilot paralayang internasional. Peserta terus meningkat dari tahun ke tahun, seiring peran aktif Pemprov Jawa Barat dan Pemkab Sumedang dalam pengembangan kawasan ini melalui dana APBD.
Namun di balik kesuksesan acara, RAPI kembali menunjukkan peran pentingnya. Meski secara resmi hanya diminta dua orang anggota untuk membantu komunikasi, faktanya lebih dari 40 anggota RAPI Wilayah 13 Kabupaten Sumedang diterjunkan ke berbagai titik strategis, mulai dari Batudua, PPS, hingga wilayah luas seperti Darmaraja, Cisitu, Situraja, dan Jatigede.
Lebih dari Sekadar Komunikasi Radio
Kehadiran RAPI bukan hanya soal komunikasi dua arah.
-
-
-
-
-
-
- Melacak pilot yang mendarat darurat
- Mengamankan lokasi pendaratan dari kerumunan warga
- Membantu mobilisasi pilot ke titik penjemputan
- Mengedukasi warga soal bahaya bermain layang-layang di area paralayang
- Mendirikan repeater di Lingkar Utara Jatigede untuk memperkuat jangkauan komunikasi.
-
-
-
-
-
Semua itu dilakukan secara sukarela, tanpa anggaran dari panitia, kecuali untuk dua anggota resmi yang dibiayai.
RAPI Bekerja Tanpa Pamrih, Tapi Tak Gratis

Yang menarik, biaya operasional dalam kegiatan ini ditanggung langsung oleh pengurus RAPI Wilayah 13 Sumedang. Untuk Festival Pesona Jatigede & WJPC 2025, tercatat pengeluaran mencapai lebih dari Rp1.000.000,- per hari, bahkan lebih.
“RAPI memang organisasi sosial. Kami biasa bekerja tanpa dibayar. Tapi kebutuhan operasional tetap harus berjalan. Maka kami tanggulangi sendiri, karena ini soal kecintaan kami pada Sumedang,” ujar salah satu pengurus.
Satu-Satunya Organisasi Komunikasi yang Memiliki IKRAP

Hal yang perlu digarisbawahi, bahwa RAPI adalah satu-satunya organisasi yang legal dalam penggunaan komunikasi radio antar penduduk. Setiap anggotanya telah memiliki IKRAP (Izin Komunikasi Radio Antar Penduduk) yang diatur oleh pemerintah.
Dengan legalitas dan kompetensi ini, RAPI seharusnya menjadi mitra utama pemerintah dan swasta dalam segala bentuk bantuan komunikasi mulai dari event, mitigasi bencana, hingga respons darurat.
RAPI di Mata Pemerintah dan Masyarakat

RAPI telah menjadi elemen vital dalam kegiatan-kegiatan di Sumedang dari kebencanaan hingga promosi pariwisata. Meski kadang tidak terlihat di panggung utama, kerja-kerja RAPI terasa di lapangan.
Dengan jaringan radio mandiri dan personel yang terlatih, RAPI menjadi jaminan komunikasi tetap berjalan, bahkan saat sinyal seluler hilang.
“RAPI tidak butuh dipanggil. Kami sudah di sana bahkan sebelum dibutuhkan,“ ujar salah satu relawan yang ikut serta di WJPC 2025.
RAPI Butuh Dukungan Lebih Luas
Melihat kontribusinya yang besar, sudah sepatutnya RAPI diberi ruang lebih besar dalam kemitraan bersama pemerintah. Tidak hanya diakui, tetapi juga dilibatkan secara lebih formal dan difasilitasi secara layak.
Dukungan anggaran, infrastruktur komunikasi, serta akses kemitraan lintas sektor menjadi harapan ke depan, agar RAPI bisa terus melayani Sumedang secara maksimal, cepat, dan profesional.
Tentang RAPI
Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) adalah organisasi sosial-komunikasi berbasis radio legal, satu-satunya yang memiliki IKRAP di Indonesia. RAPI hadir di seluruh wilayah Indonesia, dan khusus di Kabupaten Sumedang, RAPI Wilayah 13 dikenal aktif dalam mendukung kegiatan pemerintah, penanganan bencana, dan event-event besar tingkat nasional hingga internasional.